Tutorial Blog

Minggu, 15 Januari 2012

Depresi dan Perilaku Bunuh Diri di Korea Selatan

Korea Selatan adalah salah satu negara dengan angka bunuh diri tertinggi di dunia. Dan pada bulan april sebuah universitas top mendapat sorotan setelah empat mahasiswanya bunuh diri. Beberapa kritikus mengatakan sistem biaya kuliah di Korea Advanced Institute for Science and Technology, KAIST, mungkin memberi tekanan terlalu besar kepada para mahasiswa itu. Tapi beberapa pengamat mengatakan pelajar Korea di semua usia menghadapi tekanan sejenis melalui pendidikan. Di negeri gingseng itu bahkan banyak warga membuat perjanjian lewat internet untuk bunuh diri bersama-sama. Di sejumlah peron stasiun kereta api, di Seoul, dibangun pintu kaca yang setinggi langit-langit stasiun. Penghalang ini dibuat, untuk mencegah orang melemparkan diri ke kereta api yang sedang melintas. Bunuh diri merupakan penyebab kematian nomer empat di Korea. Sebuah survei yang melibatkan 30 negara anggota Organisasi bagi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengungkap, Korea menduduki posisi paling atas, dengan hampir 25 kasus per 100.000 orang. Menurut para ahli kesehatan, ini berarti setiap hari terjadi 33 kasus bunuh diri. Menjadi populer adalah dambaan banyak orang, terutama bagi mereka yang sedang menapaki karir di dunia hiburan. Menjadi populer bukan satu kesalahan, tapi adalah sebuah impian. Tapi apa yang terjadi bila popularitas yang dikejar tersebut seperti yang dialami oleh Jang Ja Yeon, pemeran Sunny di drama seri Korea, ‘Boys Before Flowers’ (꽃보다 남자) yang pernah ditayangkan di Indosiar 2008-2009 lalu. Di tengah kesuksesannya, tanggal 7 Maret 2009 wanita cantik ini mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara gantung diri. Kematian Jang Ja Yeon mengisi catatan kelam di dunia hiburan. Dalam buku hariannya ia menulis tentang kekosongan hidup di dunia entertainmen yang telah membesarkan namanya. Untuk memuluskan karirnya di dunia hiburan, ia harus melayani nafsu birahi 31 orang sebanyak 100 kali dan ia sangat dendam sebab perilaku orang-orang itu terhadapnya. “Karena saya telah membuat daftarnya (orang-orang yang memaksakan kehendak seks), saya akan membalasnya sampai mati. Bahkan jika aku mati, aku akan membalas dendam sampai ke liang kubur!”, tulisnya. Tidak cuma Jang Ja Yeon, tapi banyak deretan artis Korea Selatan yang mati bunuh diri sebab depresi, sulit menerima kenyataan dari dampak popularitas yang mereka terima, juga kewajiban-kewajiban lain dari yang masuk akal hingga tak masuk akal. Dalam catatan organisasi kesehatan PBB yakni WHO, Korea Selatan masuk dalam peringkat pertama bunuh diri terbanyak dengan jumlah 15.413 orang yang mati di tahun 2009 (data dari WHO bisa dilihat di sini). Lantas apa yang menyebabkan seseorang jadi berminat mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara bunuh diri? WHO pernah memaparkan data bahwa setiap tahun hampir satu juta orang di seluruh dunia mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri dan dalam 45 tahun terakhir angka ini meningkat sebesar 60% di seluruh dunia. Penyebab utamanya adalah depresi, beban mental, dan gangguan penggunaan alkohol. Faktor agama dan hubungan sosial masyarakat sangat penting dalam pencegahan perilaku bunuh diri. Bunuh diri adalah hal kompleks yang erat hubungannya dengan masalah psikologis, faktor sosial, biologis, budaya dan peran lingkungan. Menurut WHO, diperkirakan bunuh diri mewakili 1,8% dari beban global penyakit total pada tahun 1998, dan 2,4% di negara-negara dengan pasar dan ekonomi mantan sosialis pada tahun 2020 di seluruh dunia. Di Korea Selatan sendiri, orang merasa malu bila mereka terlihat depresi dan mendatangi psikater untuk memeriksakan diri. Mereka berusaha untuk tampil tegar dan tampak normal, meski di dalam kejiwaannya punya banyak masalah. Sejak tahun 2009, lewat lembaga yang berada di bawah naungan WHO yakni IASP (International Association for Suicide Prevention), ditetapkan tanggal 10 September sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri (World Suicide Prevention Day). Program-programnya adalah membuat penyadaran kepada sesama akan pentingnya kehidupan, membentuk kebersamaan di kalangan sesama manusia untuk melakukan pencegahan bila ada yang berniat bunuh diri. Dari sini LSM-LSM pencegahan bunuh diri (suicide prevention) bermunculan di banyak negara di seluruh dunia, entahlah Indonesia. Pentingnya kesadaran akan menghargai kehidupan akan mencegah perilaku bunuh diri. Bunuh diri yang dibantu orang lain di dunia kedokteran dikenal dengan nama euthanasia, atau hak untuk mati. Namun cara ini sudah banyak ditentang dan dilarang oleh banyak negara di seluruh dunia. Metode lainnya adalah bunuh diri altruistik (altruistic suicide), atau bunuh diri untuk kepentingan orang lain, seperti dalam perang, ketika sebuah granat dilempar, seorang tentara yang menutup granat dengan perutnya agar efek meledaknya granat tersebut tidak mematikan bagi yang lain, cukup untuk dirinya sendiri. Secara umum orang menganggap bahwa bunuh diri adalah wujud dari tindakan tidak menghargai kehidupan. * * * * * Di dunia entertainmen yang gemerlap banyak menyimpan sisi lain dari popularitas. Contoh dari angka kematian yang tinggi di Korea Selatan, banyaknya berita-berita yang memaparkan fenomena bunuh diri di kalangan artisnya, menyembunyikan sisi lain dari wujud depresi, bila tidak ditemukan cara penyelesaiannya, depresi berujung bunuh diri. Tak perlu menuntut diri untuk jadi orang populer, cerita Jang Ja Yeon sudah jadi pembelajaran berharga dari sisi lain popularitas. Jadi orang biasa itu menyenangkan, biasakan untuk selalu tersenyum dan gembira. Stres adalah pangkal dari depresi, bila iman tidak kuat, bunuh diri jadi alternatif penyelesaiannya.

0 komentar:

Posting Komentar